Minggu, 18 Maret 2012

Lagu dan yel yel selama Diklat Kopassus

Selama mengikuti pelatihan diklat mental kedisiplinan para peserta banyak diberikan lagu atau yel-yel oleh pelatih untuk dilantunkan selama mengikuti diklat tersebut. Berikut lagu-lagu yang diajarkan kepada kami.

Setiap kali pelatih berteriak "Pegadaian!!!"
Para peserta harus menjawab "Yes Sir" dengan keras dengan tangan kanan membentuk sikap hormat kemudian digerakkan ke atas seperti pahlawan bertopeng. Biasanya pelatih meneriakan 3x diulang-ulang.

Pelatih : adakah jiwa intan di dadamu?
Peserta : (tangan kanan tepuk lengan kiri dan dada kemudian lurus ke kanan atas) Ada!!
Pelatih : adakah jiwa intan di hatimu?
Peserta : (tangan kiri tepuk lengan kanan dan dada kemudian lurus ke kiri atas) Ada!!!
Pelatih : Mana dia??
Peserta : (kedua tangan ke depan atas lalu ditarik ke dada) Ini Dia!!!

Setiap kali pelatih berteriak "selamat pagi" atau "selamat siang" atau "selamat sore" atau "selamat malam" maka peserta menjawab dengan tangan kanan diangkat ke atas seperti menjawab salam pegadaian-yes sir. Tapi digerakkan naik 3x semakin ke atas dan berteriak "pagi pagi pagi" atau "siang siang siang" atau "sore sore sore" atau "malam malam malam"

Kemudian ada yang namanya tepuk pegadaian. Pelatih berteriak "tepuk pegadaian!!" Kemudian peserta melakukan tepuk tangan
prok prok prok Haa!!! (Tepuk tangan kemudian Tangan kanan kesamping kanan atas)
Prok prok prok Haa!!!
Prok prok prok haa haa haaa!!!! (Tepuk tangan kemudian tangan kanan ke kanan atas semakin keatas seperti gerakan menjawab salam)

Pelatih : "Maju Jalan"
Peserta : (tepuk tangan sambil menyanyi)
Kopassus tempat untuk latihan
Salah tempat bila mencari uang
Kopassus tempat orang penuh kreativitas
Tempat orang pekerja keras
Huh hah!!! (Kedua tangan ke depan atas kemudian ditarik ke dada)
[Nada lagu mars slank]

Pelatih : mana semangatmu?!!
Peserta : (tepuk dada 2x) Semangat!!!
(Tepuk paha 2x) semangat!!!

Pelatih : mana semboyanmu?!
Peserta: mengatasi masalah (kedua tangan di pinggang) tanpa masalah (kedua tangan di depan dada, gaya sombong)

Berikut ini lagu yang dinyanyikan sambil bertepuk tangan
Pegadaian.. Pegadaian..
Pegadaian datang ke serang
Kami ke serang untuk berjuang
Penuh semangat kami kan hebat
Wooiiii!!! (kedua tangan lurus ke depan atas)

Berikut ini lagu yang dinyanyikan sambil tepuk dada/paha dan tepuk tangan
Inilah kami pegadaian yang paling mantap
Inilah kami pegadaian yang paling hebat
Kami dibina, kami ditempa
Biar menjadi hebat
(Kedua tangan digerakkan ke atas kiri-kanan)
La la la la la lalalalalalalalala
La la la la la lalalalalalalalala
[Nada lagu On The Floor-Jennifer Lopez feat.Pitbull]

Lagu berikut dinyanyikan sambil berdiri, kaki kanan digerakkan ke depan
Latihan ora keras ora enak
Latihan ora keras ora enak
Latihan ora keras ora ora enak
Latihan di kopassus pasti mantap
Latihan di kopassus pasti mantap
Latihan di kopassus pasti pasti mantap
Untuk itu kami berlatih
Kami berlatih penuh semangat
Kami yakin suatu saat
Kami semua menjadi hebat
[Nada lagu dangdut Kucing Garong]

Kemudian untuk kami Pleton 1 ada yel-yel yang diajarkan oleh pelatih hernurdin
Na na na na na na na
Na na na na na na na
Pegadaian memang mantap 2x (pegadaian bisa diganti dengan Pleton 1)
Pegadaian memang hebat 2x
Ri wira wiri ri wira wiri (gerakkan kaki kanan ke depan seperti tarian irian)
Woooiii (tangan kanan ke atas)

Diklat Mental Kedisiplinan (Part VI)

Lanjutan CARAKA MALAM
Widi sempat meminta bertukar tempat untuk di belakang dan aku di depan karena takut. Tak berapa lama tibalah tali yang kami pegang menurun kebawah dan ternyata sebuah terowongan, kami harus merangkak masuk. Widi kembali meminta di depan, kami berdua kemudian merangkak bersama masuk ke dalam terowongan. Sampai di tengah terowongan, widi berteriak bahwa talinya putus di dalam. Aku minta widi untuk terus berjalan merangkak masuk sampai keluar di sisi satunya. Sepanjang terowongan bau menyan menyengat yang mungkin dibakar untuk menakut-nakuti kami. Sampailah kemudian kami keluar dari terowongan dan muncullah pelatih untuk mendata kami. Kami diminta agar jangan berpegangan terus, tapi kami tidak mau karena takut nyasar. Lalu kami mencari tali lagi untuk melanjutkan perjalanan. Talinya dekat dengan sebuah pohon yang telah digantungkan guling bersarung putih untuk menakut-nakuti kami. Kami terus berjalan naik turun sampai ngesot-ngesot. Lalu kami bertemu dengan pelatih yang ketika kami menyebut kata sandi "Pegadaian" seharusnya dia menyebut "Komando" namun ia tidak menjawab demikian. Lalu ia menanyakan pesan yang kami bawa, widi langsung menyebutkan pesan tersebut. Kemudian pelatih itu bilang bahwa mereka adalah musuh dan kami sudah membocorkan rahasia. Lalu mereka bilang kami sudah mati. Sempet kaget juga, refleks aku langsung cubit tanganku dan terasa sakit. Lalu aku bilang saja "barusan nyubit koq kerasa sakit, kalo udah mati kan gak terasa sakit". Kemudian kami disuruh jalan lagi. Kami pikir sudah akan mencapai finish tapi ternyata jauh juga rutenya dan muter-muter. Kami masuk ke dalam semak-semak dan di tanahnya ditebar ranjau-ranjau berupa ranting dan batang-batang kayu. Kami harus berjalan dengan sangat hati-hati karena sesekali kami hampir terjatuh. Lalu kami berjumpa lagi dengan sebuah kali, kami harus menyebranginya lagi. Malam itu kami sudah basah-basahan bangetlah dan gatal-gatal. Setelah berjalan cukup lama dengan terengah-engah karena kecapekan, kaki kami mulai gemetar, konsentrasi pun mulai menurun, terlihat dari jalan kami yang terseok-seok dan hampir terjatuh beberapa kali. Lalu terlihatlah cahaya di sebelah bangunan, aku menebak bangunan itu adalah toilet cowok karena pada siang hari aku sempat masuk toilet tersebut untuk wudhu. Tapi widi justru menangkap daerah di sebelah kamar mandi yaitu seperti kuburan terdiri dari banyak batu nisan. Widi bilang, "apaan tu kak, kuburan ya" aku jawab, "udah jangan diliat jalan lurus saja". Dan benar saja ternyata itu adalah benar kamar mandi ϑî barak laki-laki dan sampailah kami di finish yaitu di lapangan 300 tempat dimana barak pria berada. Kami langsung menghadap ibu atun untuk menyampaikan pesan yang kami bawa. Setelah selesai kami menghampiri teman-teman yang telah lebih dulu tiba. Rata-rata langsung membuka sepatunya yang basah penuh air kali. Pelatih sonif duduk di samping api unggun sambil asik mengobrol dengan mereka. Kami kemudian menunggu sampai teman-teman kami tiba semua.

Penutupan diklat mental kedisiplinan perum pegadaian yaitu pada hari minggu tanggal 11 Maret 2012. Penutupan pada sore hari sekitar pukul 16.00. Maka sejak pagi kami telah sibuk dipersiapkan. Dalam keadaan mengantuk karena semalam tidak tidur sama sekali kami dikumpulkan di lapangan 300. Kami sempat diberi kesempatan untuk tidur selama satu jam di musolah barak pria. Untuk yang akan menampilkan bela diri tidur di atas rumput di sela-sela mereka latihan.
Ada tiga kelompok untuk ditampilkan saat pelatihan yaitu bela diri, PBB (baris-berbaris) dan lempika (melempar pisau dan kapak ke papan kayu). Kami berlatih di tengah panas yang membakar. Lima hari kepanasan membuat kulit kami terutama wajah menjadi hitam gosong.
Pada saat penutupan yang pertama kali tampil adalah PBB dan banyak peserta yang salah-salah saat melakukan baris berbaris. Untuk yang selanjutnya lempika. Ketika latihan banyak yang berhasil melempar pisau dengan sukses namun ketika ditampilkan ternyata banyak yang meleset. Dan yang terakhir yaitu bela diri. Seluruh peserta kompak namun ada juga ketika bagian pemecahan kendi ada kendi yang tidak pecah.
Setelah acara penutupan selesai kami resmi menjadi "mantan peserta diklat". Handphone kami dikembalikan. Acara malam itu acara bebas. Kami menyewa orkes tunggal untuk hiburan sampai malam sambil kami mengakrabkan diri dengan teman-teman yang lain dan tak lupa foto-foto.
Hari senin pagi kami dipulangkan dengan naik tronton Kopassus seperti ketika kami berangkat. Sedih rasanya meninggalkan tempat yang kurang lebih seminggu kami tinggali. Meski badan lelah dan pegel-pegel, kaki lecet dan memar akibat hukuman push up, sit up, jalan jongkok, guling-guling, telentang menatap bintang atau berlari namun semua itu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Pengalaman yang membuat siapa saja merindukan jika mengingat saat-saat berada disana. Tapi kalo disuruh ikut lagi siapapun akan menolaknya. Hahaha

Diklat Mental Kedisiplinan (Part V)

CARAKA MALAM
Malam itu tgl 10 maret 2012 yang bertepatan dengan malam minggu. Setelah makan malam, kami seluruh peserta dikumpulkan di Griya Sena Baladika yang juga tempat kami makan. Pelatih sudah memasang layar proyektor untuk kami menonton video. Setelah semua peserta berbaris dan duduk dengan teratur, kemudian diputarlah video-video dari laptop sang pelatih. Video tersebut yaitu rekaman-rekaman selama peserta diklat mental kedisiplinan berkegiatan. Ada video ketika upacara pembukaan, ada ketika kami ditembaki di ruangan dan harus berhamburan keluar, disuruh tiarap, ketika berjalan keliling markas kopassus sambil ditembaki dan harus cari perlindungan baik di balik pohon maupun selokan. Di antara video-video itu banyak sekali kejadian-kejadian yang menggelitik sehingga kami yang menonton tertawa terbahak-bahak.
Tak berapa lama saat sedang asik menonton tiba-tiba pelatih syahrul menepuk pundak beberapa orang di antara kami. Ia menyuruh kami mengikutinya entah kemana. Waktu itu aku bersama tujuh orang lainnya, evi, widi, niken, grace, ega, rani dan mbak lia mengikuti langkah pelatih syahrul ke belakang tempat halang rintang. Di sana ada pintu keluar, pelatih syahrul menyuruh kami berdelapan keluar pintu itu dan berjalan lurus sampai bertemu pohon bambu yang sudah dijaga oleh pelatih nurdin.
Setelah dijelaskan ternyata kami akan mengikuti acara caraka malam, yaitu jalan malam melewati jalanan gelap tanpa penerangan dan tanpa kami ketahui ada apa sepanjang rute tersebut. Kami masing-masing diberikan satu buah kertas berisi pesan kurang lebih isi pesan yang kudapat sebagai berikut :
No. 32
Dari : Direksi Pegadaian Pusat
Kepada : Kepala Cabang Pegadaian Singosari
Isi Pesan : diminta kepada kepala cabang singosari segera mengirimkan kotak-kotank yang rusak karena akan dilakukan perbaikan.
Kami diminta untuk menghafal isi pesan tersebut dan akan kami laporkan ketika mencapai finish nanti.
Suasana malam itu mencekam, namun aku berusaha tenang. Seorang peserta sebelum kami yaitu adi disuruh berjalan sendiri. Untuk siswa laki-laki memang harus berjalan sendiri tapi untuk perempuan jalan berdua-berdua. Kemudian yang berikutnya berangkat adalah wini dan evi. HT milik pelatih nurdin berbunyi-bunyi dan terdengar suara yang antara lain "satu orang terkapar di tengah perjalanan" lalu ada juga "sampai di finish cuma satu orang". Berita-berita itu membuat kami yang belum berangkat menjadi sedikit parno. Pelatih nurdin berkali-kali mengingatkan bahwa selama perjalanan kami harus memegang tali rafia yang diikat dari satu pohon ke pohon lain sebagai rute dan jangan sampai terlepas karena bisa membuat kami tersesat jika lalai.
Kemudian tibalah giliran aku dan widi yang berangkat. Widi berjalan di depanku dan aku di belakang. Tangan kiri kami memegang tali rafia dan tangan kanan menggenggam satu sama lain agar tidak terpisah. Jalanan begitu gelap dan kami hampir tidak bisa melihat apa yang kami pijak. Sepanjang jalan kami berdua membaca-baca ayat kursi. Medan jalan malam itu bervariasi dari kebon, sawah, turunan, tanjakan, gundukan, lubang, menuntut kewaspadaan tinggi agar tidak terjatuh. Di beberapa titik kami akan bertemu pelatih yang akan mendata kami siapa saja yang sampai ke pos mereka. Pada pelatih pertama kami diminta untuk menebak isi dalam karung. Kami trauma karena siangnya kami baru saja melihat ular di dalam karung. Kami berdua pelan-pelan memasukkan tangan, setelah diraba kami menebak isinya. Aku menjawab ayam, marmut, hamster, widi menebak tikus. Dan ternyata isinya adalah kelinci. Pada pos pelatih berikutnya kami didata kembali dan diminta menyebutkan berapa ekor isi karung pada pos sebelumnya. Aku dan widi tidak tau persis karena hanya sebatas menyentuh, tidak menghitung isi keseluruhan, Kemudian terus berjalan sambil tetap meraba tali rafia yang diikat di pepohonan. Sampai kami tiba di sebuah kali dan kami harus menyebranginya. Kata pelatih nurdin, kalinya ada buayanya, sempet takut juga tapi gak mungkin lah kami dijadikan umpan buaya oleh para pelatih. Ketika menyebrang kali setinggi pinggang, kami lihat di atas permukaan seperti ada sesuatu tapi kami tidak tau itu apa dan diam saja. Sampai akhirnya setelah menyebrang kali kami bertemu pelatih lagi, dan kami didata kembali.
Kami terus berjalan menyusuri kegelapan dengan tetap berpegangan tangan dan sesekali mengobrol, sampai saat kami sedang berjalan, kami terkejut karena ada suatu tempat yang diberikan cahaya, supaya terlihat mungkin. Berbentuk persegi panjang yang ketika kami melintas di sisinya nampak jelas bahwa itu adalah batu nisan. Yak itu adalah kuburan!!! Ada 2 buah makam yang harus kami lewati. Hati mulai deg-degan, kami waspada pasti tidak jauh dari kuburan itu akan ada hal-hal aneh yang akan kami temui. Benar saja tak lama setelah melewati makam itu, di tikungan kami dihampiri sosok putih-putih mendekat. Kami berjalan santai, sosok itu tidak menyeramkan, karena kami tau bahwa itu hanya seorang pelatih yang memakai mukena. Mukenanya ada kembang-kembangnya pula gak ada kesan seram sama sekali ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ
Kami terus berjalan, karena posisiku di belakang, aku merasa diikuti. Pundakku ditepuk. Aku tidak menoleh dan tetap berjalan. Aku bilang, "masa hantu bisa nepuk-nepuk pundak.." Tak lama kemudian aku ditepuk lagi, aku pun menengok dan ternyata si putih yang menepukku berkali-kali itu. Meski sudah tau dan tidak takut, tapi tetap saja aku berteriak sebentar. Setelah kami didata kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi.

Diklat Mental Kedisiplinan (Part IV)

SURVIVAL
Hari itu hari sabtu tanggal 10 Maret 2012 kami seluruh peserta akan menjalani kegiatan yang bernama Survival. Terdengar keren bukan?
Seluruh peserta diminta untuk membawa sebuah tas ransel loreng yang telah diberikan ketika baru pertama kali tiba disana bersamaan seragam. Tas ransel itu telah dilengkapi dengan kantong yang bisa diisi air minum dengan sebuah selang yang tembus keluar sehingga bisa untuk minum ketika kita kehausan di tengah perjalanan. Namun selain air minum banyak pula peserta yang membawa makanan atau minuman lain ke dalam tas sebagai bekal perjalanan.
Dalam keadaan berbaris kami diarahkan pelatih menuju lokasi survival. Tidak terlalu jauh jaraknya, lalu kami tiba di jalan yang tidak beraspal, berupa tanah dan bebatuan. Kami memasuki kawasan hutan. Dengan berbaris kami mulai memasuki pintu masuk melewati kawat berduri dan berjalan ke dalam hutan. Sampai tiba di suatu lahan tak terlalu luas, semua peserta dikumpulkan disana dan dipersilahkan duduk di tanah. Rupanya sebelum berkegiatan kami diberi pengetahuan dulu mengenai apa-apa saja yang dilakukan untuk bisa survive ketika tersesat di tengah hutan dan tidak memiliki bahan makanan. Kami diberi pengetahuan mengenai apa saja tumbuhan dan binatang di hutan yang bisa dikonsumsi dalam keadaan darurat. Saat tengah asik mendengarkan penjelasan pelatih tiba-tiba ada yang melepaskan tembakan dan kami serta merta kocar kacir dibuatnya untuk mencari perlindungan dan tiarap di balik pepohonan untuk menghindarinya. Kemudian kami diperkenankan berkumpul dan duduk kembali.
Seluruh peserta sebelum melakukan survival diminta melepaskan ranselnya untuk diperiksa. Ternyata para pelatih menemukan begitu banyak makanan dan minuman dari ransel-ransel peserta. Mereka kemudian menyita semua bekal peserta tersebut. Ada roti, minuman kaleng, teh kotak, kacang kulit, susu, biskuit, dan lain-lain. Bahkan ada tiga ransel termasuk ranselku yang telah diisi air minumnya di dalam kantong ransel juga dibuang. Huft membetekan.
Selesai pemeriksaan ransel, kemudian pelatih hernurdin membawa sebuah karung. Yang ternyata isi di dalam karung tersebut adalah seekor ular sanca berukuran sedang dan masih hidup. Ular sanca adalah ular yang bisanya tidak beracun namun ia mematikan mangsanya dengan cara melilit dan meremukkan tulang-tulang mangsanya. Pelatih hernurdin kemudian mempraktekan cara menangkap ular, memotong, dan mengulitinya. Memotong ular ataupun yang lain harus menghadap ke kiblat dan mengucapkan basmalah. Pelatih hernurdin terlihat lihai sekali bermain-main dengan ular, beliau bilang sudah sejak kecil memegang ular. Ular itu kemudian dikuliti dan dipotong-potong dagingnya untuk kemudian dibakar dan dimakan di tengah hutan.
Setelah pelatihan menaklukan ular, kemudian kami ditunjukkan pembuatan ranjau. Berjarak tidak jauh dari lokasi pelatihan ular, kami ditunjukkan sebuah ranjau yang telah dibuat. Ranjau ini berguna untuk menangkap binatang hutan seperti rusa, babi hutan atau hewan lainnya. Terdiri dari ranting atau batang pohon yang dilengkungkan dan diikatkan ke tanah dan ditutupi batu. Jika ada hewan yang lewat maka akan terjerat tali dan terikat.
Setelah kedua pelatihan tersebut kemudian kami semua berkumpul berdasarkan pleton kami. Masing-masing pleton dibekali dua karung berisi satu ekor ular dan sekarung berisi jagung dan ubi untuk dibakar. Pada kegiatan ini kami dibagi-bagi tugas. Ada yang mengumpulkan batang-batang pohon dan ranting, ada yang membuat ranjau dan ada yang memotong ular. Batang dan ranting pohon yang terkumpul kemudian dibuatkan api untuk membakar bahan-bahan makanan. Selama kegiatan kami sambil mengobrol dengan pelatih, sambil foto-foto dan bercanda satu sama lain. Setelah daging ular, jagung dan ubi matang kemudian kami menyantapnya bersama-sama. Kami yang sudah selesai makan meminta minum pada teman yang air di dalam tasnya tidak dibuang pelatih.
Tak berapa lama kemudian datang pelatih yang membawa aqua dus untuk minum para peserta. Setelah selesai acara kami dikumpulkan lagi dan bersiap kembali ke barak.

Diklat Mental Kedisiplinan (Part III)

RAFLING DAN MELUNCUR
Hari itu hari jum'at tanggal 9 Maret 2012. Acara hari itu adalah kegiatan melawan rasa takut akan ketinggian. Semua peserta digiring menuju lokasi pelatihan yaitu sebuah lapangan berrumput dengan sebuah wall climbing ketinggian sekitar 7 meter kali yah kurang tau persis. Tantangan yang harus dihadapi ada dua yaitu turun rafling dari atas ke bawah dengan menapaki dinding tower dan yang kedua yaitu meluncur menurun seperti flying fox. Masing-masing peserta wajib melakukan kedua tantangan tersebut tidak terkecuali. Dimulai dengan pleton 1 yang satu persatu mencoba kemudian diikuti pleton 2 dan pleton 3. Sebelum mulai, peserta diminta melepaskan beberapa perlengkapan seperti topi, kartu nama dan juga kopel (sejenis ikat pinggang lebar). Peserta yang akan naik ke atas tower harus menggunakan perlengkapan dulu yaitu untuk rafling berupa tali yang diikatkan di bagian pinggang dan paha, kemudian besi pengunci, besi berbentuk angka 8, dan sarung tangan.
Rafling adalah tantangan menuruni wall dari atas. Selama peserta naik menuju puncak tower, diwajibkan sambil berteriak "Pegadaian" untuk menandakan bahwa ada peserta yang sedang naik ke atas. Kondisi tower ini sudah sangat rapuh. Sempat deg-degan juga takut tiba-tiba kayu yang dipijak runtuh. Oleh sebab itu naiknya harus satu-satu. Saat melakukan rafling peserta menggunakan pengaman kemudian membelakangi arena bawah, dengan berjalan mundur mengarah ke bawah dan menjejakkan kakinya di dinding kayu. Cukup menyeramkan juga kalau kita melihat ke bawah, tapi sangat seru kalau kita sudah tau tekniknya. Tangan kiri kita memegang tali di bagian atas dan tangan kanan memegang tali ke bagian bawah agak belakang tubuh kita. Secara perlahan-lahan genggaman tali kita longgarkan agar kita bisa turun. Setelah sampai ke bawah kita melapor pada pelatih bahwa kita telah selesai melakukan rafling.
Tantangan yang kedua yaitu meluncur. Perlengkapan masih menggunakan tali pengikat di pinggang dan paha serta sarung tangan. Kemudian membawa tambang besar dan tali sling. Meluncur hampir sama dengan flying fox hanya saja jaraknya lebih pendek sehingga agak curam. Meluncur lebih mudah dan tidak terlalu menyeramkan dibanding rafling. Tali sling diikatkan ke tali pengaman pada tali peluncuran kemudian tambang besar sebagai pegangan kita ketika meluncur. Meluncur lebih seru dan muncul rasa ingin lagi. Apalagi saat meluncur sambil berteriak "Pegadaian" serasa lepas sekali. Selesai meluncur pun kami harus melapor kepada pelatih bahwa telah melakukan tantangan meluncur. Sebagian besar peserta cukup berani untuk melakukan kedua permainan tersebut. Namun ada juga beberapa yang tidak berani. Ada yang berani rafling tapi tidak berani meluncur. Ada juga yang tidak berani keduanya, padahal sudah berada di atas dan siap turun. Bahkan ada juga yang sebelum naik sudah menangis. Dibujuk untuk ditemani pun tetap tidak berani.
Kegiatan rafling dan meluncur ini sempat terpotong waktu sholat Jum'at. Para pria pergi sholat jum'at dan yang wanita menunggu di barak. Ketika telah selesai, kegiatan pun dilanjutkan sampai seluruh peserta mencoba.
Setelah acara selesai peserta juga sempat dimarah-marahi pelatih. Disuruh membentuk barisan dalam waktu 5 detik. Kemudian berebut mengambil perlengkapan (topi, kartu nama, kopel) dan membentuk barisan lagi. Jika masih berantakan kami disuruh tiarap dan push up. Terkadang heran juga para pelatih mencari-cari kesalahan kami untuk menghukum kami dan sering sedikit memaksa. Melelahkan.

Diklat Mental Kedisiplinan (Part II)

Kami diberi waktu istirahat untuk makan snack. Terdiri dari 3 jenis kue, 1 buah dan segelas aqua gelas. Dan setiap peserta wajib menghabiskan semuanya, tidak boleh ada yang sisa. Jika ada teman yang tidak habis teman yang lain harus membantu menghabiskan.
Di sela-sela kegiatan berjalan, ada pula kegiatan nyemplung ke danau. Untuk perempuan berendem sebatas leher dan yang laki-laki sampai masuk seluruh kepalanya. Air danaunya kotor dan bikin gatal-gatal. Untuk perempuan yang sedang kejatuhan bintang (datang bulan) selamat dari acara berendem ini. Demikian pula ketika kami harus masuk ke saluran pengairan sawah dan tiarap di dalamnya, untuk yang kejatuhan bintang aman. Sedangkan yang lain sudah basah kuyup. Langkah semakin berat karena sepatu yang berat penuh air.

PENDADARAN
Malam hari tgl 7 Maret 2012 seluruh peserta diperbolehkan tidur pada pukul 22.00. Setelah seharian beraktivitas yang sangat melelahkan dan menguras tenaga, semua peserta pun tidur dengan nyenyaknya. Peserta yang bertugas jaga serambi tetap terjaga.
Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian kemudian kami semua tidur di velbed masing-masing. Sekitar pukul 00.00 terdengar bunyi tembakan dan alarm. Kami yang tengah tertidur terkejut dan panik. Ruang tidur sudah gelap karena lampu dimatikan oleh pelatih. Terdengar teriakan pelatih yang menyuruh kami segera berkumpul di depan barak dalam keadaan berseragam lengkap. Kami yang baru bangun dengan keadaan bingung mencari seragam dan perlengkapan di tengah kegelapan.
8..7..6..5..4...
Pelatih mulai menghitung. Kami harus sudah siap ketika hitungan mereka habis.
Kami yang di barak putri masih grasak-grusuk. Sebagian besar belum mengenakan seragam dan perlengkapan dengan lengkap. Aku pun malah memakai sepatu kets, bukan sepatu PDL. Dan baru memakai kerudung ketika sudah di depan pintu barak. Yang lain ada yang belum menemukan seraagamnya, masih berkostum tidur. Seorang teman malah lupa belum memakai jilbab. Hanya ada satu orang yang berseragam lengkap kala itu. Kemudian kami diberi kesempatan selama 5 detik lagi untuk melengkapi penampilan kami yang masih kacau balau. Sebagian besar sudah berseragam lengkap, namun ada juga yang belum. Mereka yang belum dihukum. Yang belum lengkap namun mengaku sudah lengkap juga dihukum, disuruh membasahi sekujur tubuh dengan air di kamar mandi.
Lalu di depan barak kami dimarahi. Pelatih mengomel dengan alasan katanya kami disuruh tidur tapi masih ada yang ngobrol. Lalu ada pula katanya yang tidur tapi masih memakai pakaian latihan, bukan pakaian tidur. Kami disuruh tiarap, berguling telentang menatap bintang. Saat itu pula turun hujan rintik-rintik sedikit.
Ketika itu aku merasa nyawaku belum ngumpul. Terasa seperti mimpi saja. Sedang enak-enak tidur eh dibangunin grabag grubug.
Setelah dimarah-marahi dan dihukum push up, sekitar pukul 01.00 kami diperbolehkan masuk ke barak dan melanjutkan tidur lagi.

Pendadaran yang kedua yaitu pada malam hari tanggal 9 Maret 2012. Sebelumnya kami telah mendengar dari teman yang lain bahwa malam itu akan ada pendadaran lagi sehingga ketika tidur kami tetap dengan pakaian seragam. Topi, kartu nama dan kopel kami lepas namun diletakkan di tempat yang mudah kami gapai. Sepatu, kaos kaki dan karet pengikat juga kami letakkan di tempat yang mudah ditemukan. Aku pun tidur dengan memakai kerudung takut kalau-kalau nanti ketika dibangunkan lupa memakainya. Malam itu kami pun tidur dengan siaga. Sekitar pukul 2-3 kami dibangunkan dengan suara tembakkan dan teriakan pelatih. Pintu barak digedor-gedor dan kami langsung kalang kabut. Namun karena sudah persiapan kami semua sudah berpakaian lengkap. Lalu setelah dibentak-bentak kami digiring menuju barak laki-laki. Disana seluruh peserta pria juga telah berseragam lengkap. Kami berbaris dan disuruh berjalan ke belakang barak pria. Suasananya gelap dan kami tidak tau akan diapakan. Sampai akhirnya kami berbaris mengantri untuk masuk ke dalam sebuah kali sampai sebatas leher. Kami berjejer berpegangan sebatang bambu. Kami semua berendem di pagi buta, basah kuyup, gatel-gatel karena air kotor. Setelah semua mendapat giliran kami dikembalikan lagi ke barak, bersih-bersih untuk persiapan sholat subuh.

Diklat Mental Kedisiplinan (Part I)

Perum Pegadaian mengadakan Diklat Mental Kedisiplinan bekerjasama dengan Kopassus Kesatrian Gatot Subroto Batalyon 13 Grup 1 di Serang, Banten. Sejak dulu diklat militer sudah diterapkan di Pegadaian, pegawai senior pasti pernah mengikutinya. Namun sejak 2004 diklat semacam ini sempat ditiadakan dan pada tahun 2012 ini kembali diadakan kembali. Saya dan 7 orang dari kanwil IX Jakarta 2 dipanggil untuk mengikuti diklat ini sebagai angkatan I beserta teman-teman dari seluruh indonesia. Total peserta yaitu 99 orang terdiri dari 66 orang laki-laki dan 33 orang perempuan.
Hari itu hari selasa tanggal 6 Maret 2012 kami semua para pegawai pegadaian yang dipanggil untuk diklat mental kedisiplinan berkumpul di kantor pusat pegadaian. Sejak pukul 07.30 sudah berdatangan para peserta dari seluruh wilayah indonesia berkumpul di gedung serbaguna KPPP untuk kemudian diberangkatkan ke markas Kopassus di serang banten.
Sekitar pukul 13.00 anggota Kopassus telah datang untuk menjemput kami dengan menggunakan tronton. Jumlah peserta diklat sebanyak 99 orang kemudian di serah terimakan dari pihak pegadaian kepada pihak kopassus.
Perjalanan dengan naik tronton menuju markas Kopassus merupakan pengalaman pertama kami. Terasa panas, tapi begitu ada di tol yg lancar angin kencang masuk ke dalam tronton lumayan gak bikin gerah.
Tiba di markas kopassus sekitar jam 4 sore. Kami dikumpulkan di lapangan berumput dan dibagi kedalam 3 pleton. Masing-masing pleton terdiri dari 3 grup. Saya masuk ke dalam pleton 1 grup 2. Setiap peserta diberikan perlengkapan diklat masing-masing terdiri dari dua kaos lengan panjang warna merah dan hijau, dua celana hitam, sepasang sepatu tentara, dua kaos kaki hitam, satu tas loreng, topi, sabuk dan kopel (sejenis ikat pinggang), satu buah sikat untuk menyemir sepatu.
Kemudian masing-masing peserta diperiksa tekanan darahnya dan dicatat riwayat kesehatannya. Untuk yang pria, rambutnya dicukur layaknya tentara..
Setelah selesai kemudian pembagian barak. Barak pria berada di lapangan 300 tempat kami berkumpul saat itu. Barak pria terdiri dari 4 tenda 3 tenda untuk masing-masing pleton sedangkan 1 tenda sebagai mushola untuk sholat. Di dalam tenda berjajar velbed-velbed untuk peserta tidur. Sedangkan barak wanita berada sekitar 1 km dari lapangan 300 berupa bangunan rumah yang terdiri dari 2 ruangan kamar besar di sisi kanan dan kiri berisi velbed-velbed untuk tidur.
Seluruh peserta setelah berganti pakaian dan membereskan perlengkapan diminta untuk berkumpul dan makan malam. Ruang makan tidak jauh dari barak wanita yaitu di Griya Sena Baladika. Dalam keadaan berbaris kami masuk satu persatu dan di depan ruangan harus memberi hormat dan berteriak "Pegadaian!!" secara lantang. Kami mengambil makan sendiri dan duduk berhadap-hadapan. Duduk harus lurus dan tegak. Nampan makan dan minum juga harus lurus. Satu orang peserta sebagai pemimpin acara makan harus menyiapkan peserta, memimpin do'a dan melapor kepada komandan. Jika pemimpin berteriak "Siaaapp grak!!!" Serentak seluruh peserta menghentakkan kaki ke lantai dan menegakkan badan. Jika pemimpin berteriak "istirahat grak!!" seluruh peserta berteriak "selamat makan" dan kami mulai makan. Yang paling menjengkelkan saat makan adalah ketika pelatih mulai menghitung waktu kami makan. Saat hitungan habis kami harus sudah menghabiskan makanan kami. Jika tidak teman semeja harus membantu menghabiskan. Saat makan pun kami tidak boleh membungkuk, sendok harus mencari mulut bukan mulut mencari sendok, makan harus tetap tegak dan tidak boleh bersuara.

Hari pertama pelatihan kami yaitu 7 Maret 2012 seluruh peserta dikumpulkan dalam bentuk barisan. Kemanapun kami pergi harus dalam keadaan berbaris dan menyanyikan lagu. Terkadang lagu mars Pegadaian, lagu-lagu wajib, yel-yel yang diajarkan pelatih ataupun sekedar kiri-kanan-kiri. Yang pasti kami harus membuka suara ketika gerak jalan. Pleton 1 adalah pleton yang sulit teratur. Dari gerak jalan saja pasti langkah kami tidak kompak. Ada yang kanan, ada yang kiri, mencong ke kanan ke kiri susah untuk lurus. Belum lagi kalau menyanyi, tidak semua mengeluarkan suara, atau kalaupun bernyanyi suara ala kadarnya asal komat kamit. Hal ini menyebabkan baris depan dan belakang selalu tidak kompak kalau menyanyi. Barisan belakang biasanya malah mendahului nyanyian baris depan. Ini disebabkan baris tengah tidak ikutan nyanyi sehingga baris belakang tidak bisa mendengar lagu apa yang sedang dinyanyikan dan sudah sampai bagian mana. Kadang kala malah barisan belakang pleton 1 menyanyikan lagu yang sedang dinyanyikan pleton 2 di belakangnya, karena lebih terdengar suara di belakang daripada di depan.
Pada hari pertama ini sungguh kegiatan yang menguras tenaga. Kami diajak berjalan keliling markas Kopassus. Pada lokasi-lokasi tertentu pelatih menembakkan peluru dan kami disuruh mencari tempat perlindungan, tiarap. Ada yang lari ke balik pohon, kebalik tembok, sekedar tiarap di atas rumput atau aspal, sampai masuk ke selokan. Tidak jarang terjadi kecelakaan yaitu peserta menendang kepala peserta lainnya di belakangnya. Setelah berlindung, kami diminta berkumpul kembali ke lokasi pelatih dalam keadaan berbaris dan dijelaskan mengenai bangunan yang ada di depan kami. Begitu seterusnya selama perjalanan kami harus selalu waspada untuk berlindung jika mendengar suara tembakan. Jarak yang jauh dan melelahkan membuat beberapa orang tumbang. Ada yang kakinya kram, kecapekan bahkan pingsan. Untuk mengantisipasi hal ini mobil ambulans selalu siap sedia.

Sayang Bapakku

Namaku Lia Lestari. Usiaku sudah 23 tahun. Usia yang sudah dewasa, namun aku masih selalu diantar pergi ke kantor oleh bapakku. Bapakku adalah bapak yang sangat rajin mengantar anak-anaknya karena diantara ketiga anaknya yang perempuan semua tidak ada satupun yang bisa naik motor.
Sejak kecil aku sering diantar bapakku. Waktu SD sembari bapak berangkat kerja, kami anak-anaknya diantar dulu ke sekolah. Kalau bapak sedang libur juga ia suka menjemput di sekolah.
Ketika SMP sekolahku searah dengan bapak berangkat kerja, maka diantarkannya lah aku setiap pagi ke sekolah dengan membonceng bapak. Pernah suatu pagi ketika habis hujan dan jalan licin, motor kami terpeleset dan bapak tidak bisa menahannya. Akhirnya kami berdua jatuh dari motor dan lecet-lecet.
Ketika SMA arah sekolahku berbeda dengan kantornya, namun ketika ada kelas tambahan karena akan ujian kelulusan, setiap pagi buta bapak mengantarkanku dulu baru kemudian ke kantornya.
Dan kini ketika aku telah bekerja pun setiap pagi bapak selalu mengantarku ke kantor. Kantor bapak memang searah dengan kantorku jadi aku bisa nebeng. Namun sekitar 3 tahun lalu bapak terkena PHK dan menganggur. Usianya yang sudah tidak muda dan bapak mengidap penyakit diabetes membuat bapak tidak mencari kerja lagi.
Biasanya jam 6 pagi bapak mengantar kakakku dulu sampai depan gang rumah baru kemudian balik ke rumah dan mengantarku sampai ke kantor. Bisa dibilang aku lah anaknya yang sejak kecil paling sering diantar jemput oleh bapak. Selama diantar berangkat kerja, telah banyak kejadian yang kami alami bersama. Kami pernah kehujanan bareng. Pernah suatu kali bapak hanya membawa satu mantel, diberikannya mantel itu untuk kupakai dan bapak hujan-hujanan. Pernah juga kami jatuh bersama dari motor yang oleng karena tubuh bapak tak sekuat yang dulu untuk mampu menahan dan mengendalikan motor. Setiap kali bapak pulang dari mengantarku, aku selalu berdoa agar bapak selamat sampai di rumah kembali.
Kemudian ketika kami anak-anaknya pulang kerja, bapak menjemput kami di depan gang, karena rumah kami jauh masuk ke dalam dari jalan raya.
Bapak selalu setia menjemput kami. Aku yang sering pulang malam karena kuliah malam sepulang kerja selalu ditunggu oleh bapak untuk dijemput. Saat dibonceng bapak aku melihat rambut bapak yang sudah memutih. Bapak semakin tua. Bapakku tak segagah dan sekuat yang dulu lagi. Aku selalu berdoa agar bapak selalu diberi kesehatan oleh Allah.
Pada suatu pagi tanggal 17 september 2011 yang lalu, bertepatan dengan hari sabtu, aku ada ujian di kampus. Seperti biasa jika ada ujian di hari sabtu aku mengambil cuti. Pagi itu bapak santai-santai tiduran di rumah karena tidak harus mengantarku kerja. Pukul 10.30 aku minta diantar berangkat ke kampus. Bapak bilang kepalanya sedang pusing jadi tidak bisa mengantar sampai kampus. Mungkin gula bapak sedang tinggi sehingga bapak pusing. Akhirnya aku diantar sampai depan gang. Bapak bilang telat atau tidak, aku bilang kalau telat nanti naik ojek. Dan seperti biasa pesannya untukku "hati-hati!!"
Perjalanan dari rumahku ke kampus dengan naik angkot sekitar 2 jam, kalau macet bisa lebih. Di tengah jalan karena hampir telat, aku kemudian naik ojek. Sesampainya di kampus pukul 12.30.
Aku buka handphone dan ada 2 sms dari adikku. Isinya "nanti pulang langsung pulang ke rumah. Buruan!!" kemudian yang kedua "bapak masuk rumah sakit. Buruan pulang!!"
Aku yang baru akan mulai ujian menjadi tidak konsen, kemudian aku telepon adikku. Seperti disambar petir, aku kaget mendengar suara adikku yang sedang terisak-isak. Aku bertanya, "bapak sakit apa? Di rumah sakit mana?" dan adikku hanya bilang, "bapak udah nggak ada." sambil terus menangis.
Hatiku hancur, air mataku mengalir deras, aku sudah tidak konsen dengan ujianku. Aku kerjakan buru-buru dan langsung segera pulang. Sepanjang perjalanan di atas ojek aku menangis dan tidak percaya dengan kabar yang ku dengar.
Aku tiba di rumah. Bapak sudah terbujur kaku. Aku menciumnya untuk terakhir kalinya. Aku tak percaya hari itu terakhir kalinya aku diantar dan dibonceng bapak. Aku sangat kehilangan bapak, begitu juga keluargaku, sanak saudara dan teman-teman bapak. Kepergian bapak begitu cepat dan tiba-tiba. Bapak pergi di saat sedang duduk mengobrol dengan temannya yang sedang bertamu. Bapak pergi dengan begitu mudah, tidak ada gurat kesakitan di wajahnya. Bapak pergi tanpa pesan atau firasat apapun. Bapak seperti sedang tidur saja. Tepat adzan dzuhur bapak tidur untuk selamanya.
Bapak kini telah tiada, namun bapak tak kan pernah terlupakan. Bapak adalah bapak yang hebat. Bapak yang selalu sayang pada kami, keluarganya. Bapak yang selalu setia mengantar jemput kami anak-anaknya.
Hingga akhir hayatnya..
Hingga malaikat menjemputnya..
Selamat jalan bapakku sayang,,
Maafkan anakmu ini yang selalu menyusahkanmu..
Yang belum bisa membahagiakanmu dan memenuhi segala impianmu..
Maafkan aku belum bisa membalas budi..
Jika aku dilahirkan kembali, aku ingin kau jadi bapakku lagi..
Aku mencintaimu dan menyayangimu pak..
Aku akan selalu merindukanmu pak..
Terima kasih atas semua yang kau berikan..
Doaku akan selalu menyertaimu..