Minggu, 18 Maret 2012

Diklat Mental Kedisiplinan (Part VI)

Lanjutan CARAKA MALAM
Widi sempat meminta bertukar tempat untuk di belakang dan aku di depan karena takut. Tak berapa lama tibalah tali yang kami pegang menurun kebawah dan ternyata sebuah terowongan, kami harus merangkak masuk. Widi kembali meminta di depan, kami berdua kemudian merangkak bersama masuk ke dalam terowongan. Sampai di tengah terowongan, widi berteriak bahwa talinya putus di dalam. Aku minta widi untuk terus berjalan merangkak masuk sampai keluar di sisi satunya. Sepanjang terowongan bau menyan menyengat yang mungkin dibakar untuk menakut-nakuti kami. Sampailah kemudian kami keluar dari terowongan dan muncullah pelatih untuk mendata kami. Kami diminta agar jangan berpegangan terus, tapi kami tidak mau karena takut nyasar. Lalu kami mencari tali lagi untuk melanjutkan perjalanan. Talinya dekat dengan sebuah pohon yang telah digantungkan guling bersarung putih untuk menakut-nakuti kami. Kami terus berjalan naik turun sampai ngesot-ngesot. Lalu kami bertemu dengan pelatih yang ketika kami menyebut kata sandi "Pegadaian" seharusnya dia menyebut "Komando" namun ia tidak menjawab demikian. Lalu ia menanyakan pesan yang kami bawa, widi langsung menyebutkan pesan tersebut. Kemudian pelatih itu bilang bahwa mereka adalah musuh dan kami sudah membocorkan rahasia. Lalu mereka bilang kami sudah mati. Sempet kaget juga, refleks aku langsung cubit tanganku dan terasa sakit. Lalu aku bilang saja "barusan nyubit koq kerasa sakit, kalo udah mati kan gak terasa sakit". Kemudian kami disuruh jalan lagi. Kami pikir sudah akan mencapai finish tapi ternyata jauh juga rutenya dan muter-muter. Kami masuk ke dalam semak-semak dan di tanahnya ditebar ranjau-ranjau berupa ranting dan batang-batang kayu. Kami harus berjalan dengan sangat hati-hati karena sesekali kami hampir terjatuh. Lalu kami berjumpa lagi dengan sebuah kali, kami harus menyebranginya lagi. Malam itu kami sudah basah-basahan bangetlah dan gatal-gatal. Setelah berjalan cukup lama dengan terengah-engah karena kecapekan, kaki kami mulai gemetar, konsentrasi pun mulai menurun, terlihat dari jalan kami yang terseok-seok dan hampir terjatuh beberapa kali. Lalu terlihatlah cahaya di sebelah bangunan, aku menebak bangunan itu adalah toilet cowok karena pada siang hari aku sempat masuk toilet tersebut untuk wudhu. Tapi widi justru menangkap daerah di sebelah kamar mandi yaitu seperti kuburan terdiri dari banyak batu nisan. Widi bilang, "apaan tu kak, kuburan ya" aku jawab, "udah jangan diliat jalan lurus saja". Dan benar saja ternyata itu adalah benar kamar mandi ϑî barak laki-laki dan sampailah kami di finish yaitu di lapangan 300 tempat dimana barak pria berada. Kami langsung menghadap ibu atun untuk menyampaikan pesan yang kami bawa. Setelah selesai kami menghampiri teman-teman yang telah lebih dulu tiba. Rata-rata langsung membuka sepatunya yang basah penuh air kali. Pelatih sonif duduk di samping api unggun sambil asik mengobrol dengan mereka. Kami kemudian menunggu sampai teman-teman kami tiba semua.

Penutupan diklat mental kedisiplinan perum pegadaian yaitu pada hari minggu tanggal 11 Maret 2012. Penutupan pada sore hari sekitar pukul 16.00. Maka sejak pagi kami telah sibuk dipersiapkan. Dalam keadaan mengantuk karena semalam tidak tidur sama sekali kami dikumpulkan di lapangan 300. Kami sempat diberi kesempatan untuk tidur selama satu jam di musolah barak pria. Untuk yang akan menampilkan bela diri tidur di atas rumput di sela-sela mereka latihan.
Ada tiga kelompok untuk ditampilkan saat pelatihan yaitu bela diri, PBB (baris-berbaris) dan lempika (melempar pisau dan kapak ke papan kayu). Kami berlatih di tengah panas yang membakar. Lima hari kepanasan membuat kulit kami terutama wajah menjadi hitam gosong.
Pada saat penutupan yang pertama kali tampil adalah PBB dan banyak peserta yang salah-salah saat melakukan baris berbaris. Untuk yang selanjutnya lempika. Ketika latihan banyak yang berhasil melempar pisau dengan sukses namun ketika ditampilkan ternyata banyak yang meleset. Dan yang terakhir yaitu bela diri. Seluruh peserta kompak namun ada juga ketika bagian pemecahan kendi ada kendi yang tidak pecah.
Setelah acara penutupan selesai kami resmi menjadi "mantan peserta diklat". Handphone kami dikembalikan. Acara malam itu acara bebas. Kami menyewa orkes tunggal untuk hiburan sampai malam sambil kami mengakrabkan diri dengan teman-teman yang lain dan tak lupa foto-foto.
Hari senin pagi kami dipulangkan dengan naik tronton Kopassus seperti ketika kami berangkat. Sedih rasanya meninggalkan tempat yang kurang lebih seminggu kami tinggali. Meski badan lelah dan pegel-pegel, kaki lecet dan memar akibat hukuman push up, sit up, jalan jongkok, guling-guling, telentang menatap bintang atau berlari namun semua itu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Pengalaman yang membuat siapa saja merindukan jika mengingat saat-saat berada disana. Tapi kalo disuruh ikut lagi siapapun akan menolaknya. Hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar