Minggu, 18 Maret 2012

Sayang Bapakku

Namaku Lia Lestari. Usiaku sudah 23 tahun. Usia yang sudah dewasa, namun aku masih selalu diantar pergi ke kantor oleh bapakku. Bapakku adalah bapak yang sangat rajin mengantar anak-anaknya karena diantara ketiga anaknya yang perempuan semua tidak ada satupun yang bisa naik motor.
Sejak kecil aku sering diantar bapakku. Waktu SD sembari bapak berangkat kerja, kami anak-anaknya diantar dulu ke sekolah. Kalau bapak sedang libur juga ia suka menjemput di sekolah.
Ketika SMP sekolahku searah dengan bapak berangkat kerja, maka diantarkannya lah aku setiap pagi ke sekolah dengan membonceng bapak. Pernah suatu pagi ketika habis hujan dan jalan licin, motor kami terpeleset dan bapak tidak bisa menahannya. Akhirnya kami berdua jatuh dari motor dan lecet-lecet.
Ketika SMA arah sekolahku berbeda dengan kantornya, namun ketika ada kelas tambahan karena akan ujian kelulusan, setiap pagi buta bapak mengantarkanku dulu baru kemudian ke kantornya.
Dan kini ketika aku telah bekerja pun setiap pagi bapak selalu mengantarku ke kantor. Kantor bapak memang searah dengan kantorku jadi aku bisa nebeng. Namun sekitar 3 tahun lalu bapak terkena PHK dan menganggur. Usianya yang sudah tidak muda dan bapak mengidap penyakit diabetes membuat bapak tidak mencari kerja lagi.
Biasanya jam 6 pagi bapak mengantar kakakku dulu sampai depan gang rumah baru kemudian balik ke rumah dan mengantarku sampai ke kantor. Bisa dibilang aku lah anaknya yang sejak kecil paling sering diantar jemput oleh bapak. Selama diantar berangkat kerja, telah banyak kejadian yang kami alami bersama. Kami pernah kehujanan bareng. Pernah suatu kali bapak hanya membawa satu mantel, diberikannya mantel itu untuk kupakai dan bapak hujan-hujanan. Pernah juga kami jatuh bersama dari motor yang oleng karena tubuh bapak tak sekuat yang dulu untuk mampu menahan dan mengendalikan motor. Setiap kali bapak pulang dari mengantarku, aku selalu berdoa agar bapak selamat sampai di rumah kembali.
Kemudian ketika kami anak-anaknya pulang kerja, bapak menjemput kami di depan gang, karena rumah kami jauh masuk ke dalam dari jalan raya.
Bapak selalu setia menjemput kami. Aku yang sering pulang malam karena kuliah malam sepulang kerja selalu ditunggu oleh bapak untuk dijemput. Saat dibonceng bapak aku melihat rambut bapak yang sudah memutih. Bapak semakin tua. Bapakku tak segagah dan sekuat yang dulu lagi. Aku selalu berdoa agar bapak selalu diberi kesehatan oleh Allah.
Pada suatu pagi tanggal 17 september 2011 yang lalu, bertepatan dengan hari sabtu, aku ada ujian di kampus. Seperti biasa jika ada ujian di hari sabtu aku mengambil cuti. Pagi itu bapak santai-santai tiduran di rumah karena tidak harus mengantarku kerja. Pukul 10.30 aku minta diantar berangkat ke kampus. Bapak bilang kepalanya sedang pusing jadi tidak bisa mengantar sampai kampus. Mungkin gula bapak sedang tinggi sehingga bapak pusing. Akhirnya aku diantar sampai depan gang. Bapak bilang telat atau tidak, aku bilang kalau telat nanti naik ojek. Dan seperti biasa pesannya untukku "hati-hati!!"
Perjalanan dari rumahku ke kampus dengan naik angkot sekitar 2 jam, kalau macet bisa lebih. Di tengah jalan karena hampir telat, aku kemudian naik ojek. Sesampainya di kampus pukul 12.30.
Aku buka handphone dan ada 2 sms dari adikku. Isinya "nanti pulang langsung pulang ke rumah. Buruan!!" kemudian yang kedua "bapak masuk rumah sakit. Buruan pulang!!"
Aku yang baru akan mulai ujian menjadi tidak konsen, kemudian aku telepon adikku. Seperti disambar petir, aku kaget mendengar suara adikku yang sedang terisak-isak. Aku bertanya, "bapak sakit apa? Di rumah sakit mana?" dan adikku hanya bilang, "bapak udah nggak ada." sambil terus menangis.
Hatiku hancur, air mataku mengalir deras, aku sudah tidak konsen dengan ujianku. Aku kerjakan buru-buru dan langsung segera pulang. Sepanjang perjalanan di atas ojek aku menangis dan tidak percaya dengan kabar yang ku dengar.
Aku tiba di rumah. Bapak sudah terbujur kaku. Aku menciumnya untuk terakhir kalinya. Aku tak percaya hari itu terakhir kalinya aku diantar dan dibonceng bapak. Aku sangat kehilangan bapak, begitu juga keluargaku, sanak saudara dan teman-teman bapak. Kepergian bapak begitu cepat dan tiba-tiba. Bapak pergi di saat sedang duduk mengobrol dengan temannya yang sedang bertamu. Bapak pergi dengan begitu mudah, tidak ada gurat kesakitan di wajahnya. Bapak pergi tanpa pesan atau firasat apapun. Bapak seperti sedang tidur saja. Tepat adzan dzuhur bapak tidur untuk selamanya.
Bapak kini telah tiada, namun bapak tak kan pernah terlupakan. Bapak adalah bapak yang hebat. Bapak yang selalu sayang pada kami, keluarganya. Bapak yang selalu setia mengantar jemput kami anak-anaknya.
Hingga akhir hayatnya..
Hingga malaikat menjemputnya..
Selamat jalan bapakku sayang,,
Maafkan anakmu ini yang selalu menyusahkanmu..
Yang belum bisa membahagiakanmu dan memenuhi segala impianmu..
Maafkan aku belum bisa membalas budi..
Jika aku dilahirkan kembali, aku ingin kau jadi bapakku lagi..
Aku mencintaimu dan menyayangimu pak..
Aku akan selalu merindukanmu pak..
Terima kasih atas semua yang kau berikan..
Doaku akan selalu menyertaimu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar