Minggu, 18 Maret 2012

Diklat Mental Kedisiplinan (Part I)

Perum Pegadaian mengadakan Diklat Mental Kedisiplinan bekerjasama dengan Kopassus Kesatrian Gatot Subroto Batalyon 13 Grup 1 di Serang, Banten. Sejak dulu diklat militer sudah diterapkan di Pegadaian, pegawai senior pasti pernah mengikutinya. Namun sejak 2004 diklat semacam ini sempat ditiadakan dan pada tahun 2012 ini kembali diadakan kembali. Saya dan 7 orang dari kanwil IX Jakarta 2 dipanggil untuk mengikuti diklat ini sebagai angkatan I beserta teman-teman dari seluruh indonesia. Total peserta yaitu 99 orang terdiri dari 66 orang laki-laki dan 33 orang perempuan.
Hari itu hari selasa tanggal 6 Maret 2012 kami semua para pegawai pegadaian yang dipanggil untuk diklat mental kedisiplinan berkumpul di kantor pusat pegadaian. Sejak pukul 07.30 sudah berdatangan para peserta dari seluruh wilayah indonesia berkumpul di gedung serbaguna KPPP untuk kemudian diberangkatkan ke markas Kopassus di serang banten.
Sekitar pukul 13.00 anggota Kopassus telah datang untuk menjemput kami dengan menggunakan tronton. Jumlah peserta diklat sebanyak 99 orang kemudian di serah terimakan dari pihak pegadaian kepada pihak kopassus.
Perjalanan dengan naik tronton menuju markas Kopassus merupakan pengalaman pertama kami. Terasa panas, tapi begitu ada di tol yg lancar angin kencang masuk ke dalam tronton lumayan gak bikin gerah.
Tiba di markas kopassus sekitar jam 4 sore. Kami dikumpulkan di lapangan berumput dan dibagi kedalam 3 pleton. Masing-masing pleton terdiri dari 3 grup. Saya masuk ke dalam pleton 1 grup 2. Setiap peserta diberikan perlengkapan diklat masing-masing terdiri dari dua kaos lengan panjang warna merah dan hijau, dua celana hitam, sepasang sepatu tentara, dua kaos kaki hitam, satu tas loreng, topi, sabuk dan kopel (sejenis ikat pinggang), satu buah sikat untuk menyemir sepatu.
Kemudian masing-masing peserta diperiksa tekanan darahnya dan dicatat riwayat kesehatannya. Untuk yang pria, rambutnya dicukur layaknya tentara..
Setelah selesai kemudian pembagian barak. Barak pria berada di lapangan 300 tempat kami berkumpul saat itu. Barak pria terdiri dari 4 tenda 3 tenda untuk masing-masing pleton sedangkan 1 tenda sebagai mushola untuk sholat. Di dalam tenda berjajar velbed-velbed untuk peserta tidur. Sedangkan barak wanita berada sekitar 1 km dari lapangan 300 berupa bangunan rumah yang terdiri dari 2 ruangan kamar besar di sisi kanan dan kiri berisi velbed-velbed untuk tidur.
Seluruh peserta setelah berganti pakaian dan membereskan perlengkapan diminta untuk berkumpul dan makan malam. Ruang makan tidak jauh dari barak wanita yaitu di Griya Sena Baladika. Dalam keadaan berbaris kami masuk satu persatu dan di depan ruangan harus memberi hormat dan berteriak "Pegadaian!!" secara lantang. Kami mengambil makan sendiri dan duduk berhadap-hadapan. Duduk harus lurus dan tegak. Nampan makan dan minum juga harus lurus. Satu orang peserta sebagai pemimpin acara makan harus menyiapkan peserta, memimpin do'a dan melapor kepada komandan. Jika pemimpin berteriak "Siaaapp grak!!!" Serentak seluruh peserta menghentakkan kaki ke lantai dan menegakkan badan. Jika pemimpin berteriak "istirahat grak!!" seluruh peserta berteriak "selamat makan" dan kami mulai makan. Yang paling menjengkelkan saat makan adalah ketika pelatih mulai menghitung waktu kami makan. Saat hitungan habis kami harus sudah menghabiskan makanan kami. Jika tidak teman semeja harus membantu menghabiskan. Saat makan pun kami tidak boleh membungkuk, sendok harus mencari mulut bukan mulut mencari sendok, makan harus tetap tegak dan tidak boleh bersuara.

Hari pertama pelatihan kami yaitu 7 Maret 2012 seluruh peserta dikumpulkan dalam bentuk barisan. Kemanapun kami pergi harus dalam keadaan berbaris dan menyanyikan lagu. Terkadang lagu mars Pegadaian, lagu-lagu wajib, yel-yel yang diajarkan pelatih ataupun sekedar kiri-kanan-kiri. Yang pasti kami harus membuka suara ketika gerak jalan. Pleton 1 adalah pleton yang sulit teratur. Dari gerak jalan saja pasti langkah kami tidak kompak. Ada yang kanan, ada yang kiri, mencong ke kanan ke kiri susah untuk lurus. Belum lagi kalau menyanyi, tidak semua mengeluarkan suara, atau kalaupun bernyanyi suara ala kadarnya asal komat kamit. Hal ini menyebabkan baris depan dan belakang selalu tidak kompak kalau menyanyi. Barisan belakang biasanya malah mendahului nyanyian baris depan. Ini disebabkan baris tengah tidak ikutan nyanyi sehingga baris belakang tidak bisa mendengar lagu apa yang sedang dinyanyikan dan sudah sampai bagian mana. Kadang kala malah barisan belakang pleton 1 menyanyikan lagu yang sedang dinyanyikan pleton 2 di belakangnya, karena lebih terdengar suara di belakang daripada di depan.
Pada hari pertama ini sungguh kegiatan yang menguras tenaga. Kami diajak berjalan keliling markas Kopassus. Pada lokasi-lokasi tertentu pelatih menembakkan peluru dan kami disuruh mencari tempat perlindungan, tiarap. Ada yang lari ke balik pohon, kebalik tembok, sekedar tiarap di atas rumput atau aspal, sampai masuk ke selokan. Tidak jarang terjadi kecelakaan yaitu peserta menendang kepala peserta lainnya di belakangnya. Setelah berlindung, kami diminta berkumpul kembali ke lokasi pelatih dalam keadaan berbaris dan dijelaskan mengenai bangunan yang ada di depan kami. Begitu seterusnya selama perjalanan kami harus selalu waspada untuk berlindung jika mendengar suara tembakan. Jarak yang jauh dan melelahkan membuat beberapa orang tumbang. Ada yang kakinya kram, kecapekan bahkan pingsan. Untuk mengantisipasi hal ini mobil ambulans selalu siap sedia.

1 komentar:

  1. Hai Mba', salam kenal sebelumnya.
    Mba', insya Allah pertengahan oktober nanti saya juga akan Diklat Mental Kedisiplinan Pegadaian. Klo boleh tau, itu sepatunya bisa milih ukuran? Karena ukuran kaki saya sangat kecil :(
    & itu Mba' dkumpulin semua peserta seIndonesia? Terima kasih Mba' sebelumnya, mohon balasannya :)

    BalasHapus